Minggu, 29 Januari 2012
Jumat, 20 Januari 2012
Kamis, 19 Januari 2012
Selasa, 17 Januari 2012
Senin, 16 Januari 2012
Jumat, 13 Januari 2012
Selasa, 10 Januari 2012
gombalan ( ^_^ )
Jurusan Perminyakan: Kalo aku jadi SPBU, pasti tiap hari ada tulisan ‘CINTA HABIS’ soalnya kamu telah memborong semua cintaku.
Jurusan Sistem Informasi: Kayanya laptopku error deh, soalnya tiap mau ngetik deket-deket kamu font yg keluar selalu Times New “Romance”.
Jurusan Teknik Informatika: Ketika virus yang bernama CINTA.exe menyerang hatiku yang membuatku teringat selalu padamu.
Jurusan Teknik Elektro: Aku memang anak elektro, tapi akupun tak mengerti kenapa sentuhanmu bisa menyetrum kalbuku.
Jurusan Geofisika: perlu banyak alat untuk tahu apa isi bumi, tapi tak perlu banyak alat untukmu mengetahui isi hatiku
Jurusan Kedokteran: tanpa membedah isi hatimu pun, aku tahu kamu mencintaiku
Jurusan Teknik Lingkungan: Senyummu bagaikan global warming, yang mampu mencairkan isi hatiku.
Jurusan Seni Rupa: Kau warnai duniaku dengan cinta dan kasih sayang.
Jurusan Seni Musik: aku dan kamu bagaikan nada-nada yang bila berkumpul akan membentuk suatu harmoni
Jurusan Keperawatan: Mencintaimu bagaikan diare, tak dapat ditahan lagi.
Jurusan Farmasi: Sampai sekarang, aku belum menemukan obat untuk menyembuhkan hatiku yang kecanduan cintamu
Jurusan Kimia: Kau bagaikan alkohol yang memabukkan dan membiusku bagai eter
Jurusan Kedokteran Hewan: Aku penyayang binatang, jadi aku tidak peduli meski kamu itu buaya
Jurusan Tata Busana: Indahnya baju yang kau kenakan itu pasti seindah hati orang yang mengenakannya
Jurusan Kepolisian: aku nggak akan tilang kamu meski kamu parkir di hatiku dan otakku setiap saat
Jurusan Teknik Metalurgi: cintaku padamu tak kalah membara dibandingkan api dalam tanur
Jurusan Hukum: salah apa aku hingga aku terpenjara dalam cintaku kepadamu
Jurusan Manajemen: kalo aku jadi George R. Terry aku akan mengganti fungsi manajemen dari P.O.A.C menjadi L.O.V.E karena aku selalu teringat wajahmu.
Jurusan Pertanian: Entah sejak kapan kau tanamkan bibit cinta ini di hatiku
Jurusan Perikanan: Kamu abis mancing ya? hebat kan aku tau soalnya di kail kamu ada hati aku tuh nyangkut
Jurusan Tata Boga: Kalo teh dikasih gula kan jadi Teh Manis, coba kalo Teh dikasih kamu, pasti jadi Teh Cantik.
Jurusan Arkeologi: Aku mau masuk jurusan Arkeologi biar bisa terus menggali dimana letak cinta kamu
Jurusan Matematika: Hidupku tanpamu bagaikan cos90=0. Kau dan aku adalah sin90=1 dan selalu bersamamu adalah tan90 = tak terhingga.
Jurusan Teknik Pertambangan: kecantikanmu bagaikan intan permata yang berkilau dengan indahnya
Jurusan Psikologi: Percuma aku masuk jurusan psikologi, karena aku masih tergila-gila kepadamu
Jurusan Akuntansi: Tanpamu aku tidak sempurna, bagaikan neraca lajur yang belum disesuaikan.
Jurusan Cinematografi: andaikan kisah cinta ini kujadikan film, pasti banyak yang iri karena aku bisa mendapatkanmu.
Jurusan Fotografi: Boleh minta foto kamu? Soalnya aku mau nunjukin ke semua orang bahwa malaikat itu ada.
Jurusan Kesehatan Masyarakat : Aku rasa, setiap orang yang melihat kamu akan kebal dari semua penyakit karena vitamin Cinta yang kamu berikan.
Jurusan Sejarah: Seandainya sekarang adalah tanggal 28 Oktober 1928, aku akan ubah naskah Sumpah Pemuda menjadi Sumpah Aku Cinta Kamu.
Jurusan Biologi: Apabila kita DNA, aku tidak mau ada enzim polimerase, agar kita tidak akan terpisahkan.
Jurusan Ekonomi: Cintaku padamu bagaikan pertumbuhan ekonomi China, selalu meningkat!
Jurusan Sastra: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T V W X Y Z. oops! I Miss U..
Jurusan Geografi: Jika hatiku adalah kompas, maka kamu adalah arah Utara. Hatiku yang akan selalu mengarah kepadamu.
Jurusan Statistika: Kalau kamu tanya berapa banyak frekuensi kamu datang ke pikiranku, jujur.. cuma sekali. Soalnya gak pernah pergi lagi sih..
Jurusan Arsitektur: Aku rasa sebentar lagi ruangan ini akan bertambah sempit. Karena bunga-bunga cintaku padamu mulai tumbuh memenuhi sudut ruang ini.
Jurusan Telekomunikasi (Transmisi): HP udah dimatiin, tapi tetap diusir dari pesawat, katanya sinyal cintaku ke kamu ganggu sistem komunikasi.
Jurusan Hubungan Internasional: Aku ga perlu jauh-jauh ke Perancis buat nemuin kamu, kamu kan udah jadi Princess di hatiku.
Jurusan Agama: Lupa agama? Neraka! Lupa orang tua? Durhaka! Lupa sesama? Biasa! Tapi lupa ama kamu? Mana bisa!
Jurusan Fisika: Menurut Einstein, energi adalah massa dikali kuadrat kecepatan cahaya. Menurut Britannica, energi adalah suatu kapasitas untuk melakukan kerja. Menurut aku,energi adalah kamu…
Jurusan Perpajakan: Kalo kamu menjadi fiskus, akan selalu kulebihbayarkan pajakku agar kau terus datang dan memeriksaku (dari Siapa aja boleeee)
Jurusan Teknik Kimia: Cintaku padamu bagaikan CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor) dengan pemanasan steam langsung dan steady state. selalu panas membara, teraduk-aduk di dalam hatiku. (dari @anggraenidevi)
Jurusan Teknik Sipil: Jembatan dibangun untuk menghubungkan dua daratan, tapi cintaku dibangunkan untuk menghubungkan dua hati. Hatiku dan hatimu. (dari herymuhendra)
Jurusan Bioteknologi: Aku tidak tahu mengapa, sepertinya kultur cinta mu ini tumbuh selalu dalam fase eksponensial di media hatiku. (dari Ninditasya)
Jurusan astronomi: Gravitasi yang terdapat pada hati kita, kunamakan itu cinta. (dari @loecalvin)
Jurusan meteorologi: Tak perlu aku takut hari terus hujan atau dingin bersalju, karena kamulah matahari jiwaku yang senantiasa bersinar. (dari @loecalvin)
Jurusan Psikologi: Pak Dosen bilang, Love itu terdiri dari Passion, Commitment, dan Intimacy… Tapi buatku tambah satu: KAMU. (dari selenatiedoll)
Jurusan Komunikasi: Aku tau semua definisi komunikasi. IP aku 4. Tapi satu yang aku ga bisa, mendefinisikan kata-kata cinta yang kamu ucapkan. Itu lebih rumit daripada definisi komunikasi menurut Theodore M. Newcomb. Tapi kamu selalu membuat aku mengerti setiap definisi, Sayang.. (dari @faizalkahfi)
Jurusan Bisnis : Kalau hatiku toko, kamulah pelanggan yang membuatnya bangkrut karena semua isinya kuberi gratis untukmu (dari Andintya)
Jurusan Teknik Mesin : Hatiku dalam mencintaimu adalah mesin yang tak pernah mati untuk bekerja. (dari Andintya)
Jurusan Farmasi : Tidak akan ada ramuan atau obat yang dapat menghentikan cintaku padamu, karena cintaku adalah ramuan tidak terlihat yang bersifat kekal. (dari Andintya)
Jurusan Sastra : seorang Kahlil Gibran pun pasti bingung untuk mendeskripsikan perasaanku padamu. terlalu dalam, merasuk kalbu, dan memabukkan. (dari Andintya)
Jurusan Penerbangan : Radar hatiku selalu bisa melacak dimana kamu berada (dari Putsce)
Jurusan Matematika : mencintai kamu itu seperti limit tak hingga. mencintai tanpa batas (dari Putsce)
Jurusan Penjas: mencintaimu itu kayak olahraga. Bikin sehat, kuat, bugar, dan senang sepanjang waktu. (dari Putsce)
Jurusan Hubungan Internasional : aku bisa berbahasa jepang, aku bisa berbahasa jerman, aku bisa berbahasa inggris, dan juga bahasa lainnya. tapi kamu tidak perlu repot belajar berbagai macam bahasa untuk mengetahui bahasa cinta ku padamu. (dari Kasena)
Jurusan Geofisika: ribuan bahkan jutaan gelombang seismik ku amati, namun hanya gelombang cinta dari mu yang menarik perhatian. (dari Aiiuye)
Jurusan komunikasi: ada aksioma komunikasi yang menyatakan “We Cannot Not Communicate” dan ada juga aksioma dari hatiku yang menyatakan “We Cannot Not Love each other” (dari widyarifianti)
Jurusan politik: Orang-orang bisa saja menggulingkanku dari kekuasaan, tapi mereka tidak bisa menggulingkan perasaanku padamu. (dari widyarifianti)
Jurusan Akuntansi: Cinta itu aneh, ibarat aktiva tak berwujud/intangible asstes yang gak bisa di amortisasi, gak bisa di susutkan n gak bisa berkurang karena kerugian. (dari rrrrr)
Jurusan Arsitektur: Kamu adalah point of interest dimataku yang mengisi void dijiwaku dan menggetarkan façade relung hatiku. (dari SemesterEnambelas)
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan : Kamu kayak senyawa theobromin di coklat yang saya makan, kafein di kopi dan teh yang saya minum = bikin ketagihaaaannnn. (dari steppanibaretta)
Jurusan Manajemen: Walaupun aku dituntut untuk selalu bisa mengatur waktu,tetapi aku tidak bisa mengatur waktu aku yang selalu ingin bertemu dengan kamu.. (dari Kero)
Jurusan Planologi: Jika seluruh badanku di-peta-kan, maka hatiku adalah Kawasan Budidaya Monokultur (dari akbarizky)
Jurusan Teknik Fisika : Setiap ku mendekatimu,hatiku bergetar lebih dahsyat dari getaran turbin yang membangkitkan arus AC tiga fasa 220 volt 50 hertz. (dari Febriansahsetiawan)
Jurusan Seni: Kamulah lukisan terindah dalam hidupku yg selalu ku gores dan kuwarnai di setiap detik waktuku… (dari Najmi)
Jurusan Teknik Sipil: Hidupku tanpamu bagai bangunan tanpa kolom yang akan membuat hidupku runtuh. (dari Miftah Hazmi )
Jurusan Kimia: Senyawa Hydrocarbons di dunia ini masih kurang lengkap untuk membuatku “alive”, hanya “cintamu” yang mampu menghidupkan aku. (dari RN)
Jurusan Teknik Industri: I’m not the first, but I will be the best for you (dari dika)
Jurusan Teknik Industri: Because love is timefull like a money (dari dika)
Jurusan Kedokteran: naksir kamu tuh kayak kanker stadium 4… sekali kena, susaaaahhh banget sembuhnya (Darkbluemidnight)
Jurusan Kesejahteraan Sosial : aku adalah pekerja sosial yang siap mengayom rakyat Indonesia tapi sistem sosialku tidak akan berjalan sempurna bila kamu menolakku untuk mengayomimu sepanjang hidupku. (dari Margaretha Eva Sari Borsiin )
Jurusan Kesejahteraan Sosial : Keberfungsian sosial ku seakan kembali setelah menemukan kamu dan menjadikanmu tambatan hatiku. (dari Lavoya Faradisa El Vayami)
Jurusan Filsafat : Cinta??? aku tak bisa memikirkannya, karena hanya kamu dipikiranku. (dari R_vanology )
Jurusan asuransi kesehatan: cinta mu memberikan perlindungan seperti polis asuransi. (dari Mameto)
Jurusan Teknik Geologi : Cintamu bagaikan erupsi merapi, apa yang dilaluinya membekas didalam hatiku
Jurusan Teknik Oseanografi : Cintaku bagaikan gelombang pasang surutnya air laut, ketika aku bersamamu kenaikan tingkat air seperti ditarik oleh gravitasi bulan nan cantik yaitu kamu. (dari Bapatile )
Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika : Jika aku dapat mengukur seberapa luas dan besar cintaku yang dapat aku petakan, akan kuberikan pemetaan seakurat mungkin agar koordinat cintaku sampai tepat dihatimu (dari Bapatile )
Jurusan Meteorologi : Aku dapat memprakirakan cuaca yang datang hari esok, minggu depan, atau pun tahun depan. Tapi aku tak dapat memprakirakan kapan aku bisa bertemu denganmu lagi (dari Bapatile )
jurusan sastra jepang : alasan kenapa aku masuk sastra Jepang adalah hanya untuk melihat dirimu yang bersemi bagaikan buka sakura yang sedang bermekaran (dari Iam_mammouth)
Sumber: https://plus.google.com/102627925545373532675/posts/P9VhB5P84oN
Sabtu, 07 Januari 2012
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
A. Definisi Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi
adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya
penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Halusinasi
adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Persepsi
merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari luar, dimana
rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan, penciuman,
pendengaran, pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan
yang datang dari luar itu dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah
tafsir (missinterpretation). Salah tafsir tersebut terjadi antara lain karena
adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut, excited
(tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau
perubahan persepsi (Triwahono, 2004).
Persepsi
didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan
rangsang (Stuart, 2007).
2. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut
Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
·
Bicara
sendiri.
·
Senyum
sendiri.
·
Ketawa
sendiri.
·
Menggerakkan
bibir tanpa suara.
·
Pergerakan
mata yang cepat
·
Respon
verbal yang lambat
· Menarik diri
dari orang lain.
·
Berusaha
untuk menghindari orang lain.
· Tidak dapat
membedakan yang nyata dan tidak nyata.
· Terjadi
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
· Perhatian
dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
·
Berkonsentrasi
dengan pengalaman sensori.
· Sulit
berhubungan dengan orang lain.
·
Ekspresi
muka tegang.
· Mudah
tersinggung, jengkel dan marah.
· Tidak mampu
mengikuti perintah dari perawat.
·
Tampak tremor dan berkeringat.
· Perilaku panik.
· Agitasi dan
kataton.
· Curiga dan
bermusuhan.
· Bertindak
merusak diri, orang lain dan lingkungan.
· Ketakutan.
· Tidak dapat
mengurus diri.
· Biasa terdapat
disorientasi waktu, tempat dan orang.
3. Tahapan/Tingkatan Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
Fase I :
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan
asyik sendiri.
Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III :
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien
sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Fase IV :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b.Halusinasi penglihatan :
karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu :
karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba :
karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap :
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik :
karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)
karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. (Menurut Stuart, 2007)
B. Rentang
Respon
Menurut
Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
- Pikiran logis:
yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
-
Persepsi
akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di
dalam maupun di luar dirinya.
-
Emosi
konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai
banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
-
Perilaku
sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
-
Hubungan social
harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu,
individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
-
Proses pikir
kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu
di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya.
-
Emosi
berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan
atau kurang.
-
Perilaku tidak
sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya
umum yang berlaku.
-
Perilaku aneh
atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan
masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang
berlaku.
-
Menarik diri:
yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
-
Isolasi sosial:
menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
-
![]() |
B.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart
(2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak
sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
C. Faktor Presipitasi
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
C. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
(Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
E. Mekanisme koping
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).
II. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian
Konsep Dasar Keperawatan
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).
II. Masalah Keperawatan dan Data Fokus Pengkajian
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut
Carpenito (1998) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat
dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana
tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Menurut
Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping
yang dimiliki klien.
Berbagai
aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir
pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi
beberapa faktor antara lain:
a.
Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b.
Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c. Faktor
predisposisi
1). Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2). Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda.
b. Tidak ada komunikasi.
c. Tidak ada kehangatan.
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e. Komunikasi tertutup.
f. Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.
3). Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4). Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5). Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6). Faktor genetik
1). Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.
2). Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda.
b. Tidak ada komunikasi.
c. Tidak ada kehangatan.
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan.
e. Komunikasi tertutup.
f. Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.
3). Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
4). Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5). Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6). Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan
melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi
faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi
genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu
orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
d. Faktor
presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2. Mekanisme penghataran listrik di
syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).
3. Adanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
e. Faktor Pemicu
1. Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang,
ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan system
syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
2. Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari,
sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social, kurangnya dukungan
social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
3. Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus
asa (tidak percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual),
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.
Rabu, 04 Januari 2012
PIE ( Problem, Intervensi, Evaluasi )Dokumentasi Keperawatan
PIE ( Problem,
Intervensi, Evaluasi )Dokumentasi Keperawatan
1. Pengertian PIE (Problem
Intervention Evaluation)
PIE (Problem Intervention Evaluation) adalah suatu singkatan
dari identifikasi masalah, intervensi dan evaluasi. System
pendokumentasian PIE adalah suatu pendekatan orientasi proses pada dokumentasi
dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosis keperawatan.
2.
Penggunaan PIE (Problem Intervention Evaluation)
Format PIE tepat digunakan untuk system
pemberian asuhan keperawatan primer. Pada keadaan klien yang akut, perawat
dapat melaksanakan dan mendokumentasikan pengkajian ketika pertama kali klien
masuk dan pengkajian system tubuh yang di beri tanda PIE setiap hari. Setelah
itu perawat associate (PA) akan melaksanakan intervensi sesuai yang
telah direncanakan, karena PIE didasarkan pada proses keperawatan, maka akan
membantu memfasilitasi perbedaan antara pembelajaran di kelas dan di keadaan
nyata pada tatanan praktik pendokumentasian yang sesungguhnya.
Dokumentasi PIE tidak memasukkan
pengkajian di dalamnya, tetapi kegiatan ini di tulis terpisah (flow sheet). Ini
mencegah terjadinya duplikasi informasi atau tindakan. Masalah klien pada
catatan PIE dapat di beri nomor sesuai dengan masalah klien. Masalah yang telah
teratasi dihilangkan dari dokumentasi harian dan masalah yang berkelanjutan di
dokumentasikan setiap hari.
P : masalah yang
dihadapi klien dan ditulis dalam bentuk diagnose keperawatan (tidak efektif
bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret).
I :
intervensi yang harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah.
-
Berikan posisi semi fowler.
-
Lakukan postural drainase dan fisioterapi dada.
-
Lakukan isap slym.
E : evaluasi terhadap tindakan yang
diberikan (klien dapat bernafas dengan norma, RR=18x/m, auskultasi terdengar
ronchi). Tanda tangan . nama perawat.
Catatan sumber, catatan ini khas untuk setiap profesi atau
disiplin. Catatan ini mempunyai bagian atau kolom yang terpisah untuk
memasaukkan data, informasi yang dicatat berdasarkan nama klien.
Karakteristik
PIE
1.
Proses dokumentasi PIE dimulai dari saat pengkajian ketika pertama kali klien
masuk diikuti pelaksanaan pengkajian system tubuh setiap pergantian dinas
(setiap 8 jam)
2.
Data masalah yang hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien pada jangka
waktu yang lama dengan masalah yang kronis.
3. Intervensi yang
dilaksanakan dan rutin didokumentasikan dalam flow sheet.
4. Catatan perkembangan
digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan yang spesifik
berhubungan dengan masalah yang spesifik.
5. Imtervensi langsung
terhadap penyelesaian masalah yang ditandai dengan huruf I (intervensi) dan
nomor masalah klien yang relevan didokumentasikan.
6. Keadaan klien sebagai
pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan huruf E (evaluasi) dan nomor
masalah.
7. Setiap masalah yang
diidentifikasi harus dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap pergantian dinas)
Keuntungan
Memungkinkan penggunaan proses keperawatan
Rencana intervansi dan catatan perkembangan dapat
dihubungkan.
Memungkinkan pemberian asuhan keperawatan secara
kontinyu karena secara jelas mengidentifikasi masalah klien dan intervensi
keperawatan.
Perkembangan klien mulai dari klien masuk sampai
pulang dapat dengan mudah digambarkan.
Dapat diadaptasi sebagai pendokumentasian yang
otomatis.
Kerugian
Tidak dapat digunakan sebagai pendokumentasian
semua disiplin ilmu.
Pembatasan rencana intervensi tidak aplikatif untuk beberapa situasi perawatan.
Contoh
format PIE
Tanggal
|
jam
|
Pendokumentasian
|
10-10-2010
|
10.10
|
P#1
Resiko perlukaan b/d riwayat serimg jatuh selama di rumah
|
IP#1 sarankan klien untuk meminta bantuan jika ingin
keluar dari ruangan
|
||
P#2 kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tindakan
arteriogram
|
MODEL
DOKUMENTASI PIE
(PROBLEM-INTERVENTION-EVALUATION)
NAMA/
UMUR:
NO REG:
RUANGAN:
NO. KAMAR:
NO
|
TGL/JAM
|
PROBLEM
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
TTD
|
||
P
|
S
|
M
|
|||||
1
|
10-10-10/10.10
|
Ketidak efektifan pola nafas b/d
kurangnya pengembangan paru, adanya cairan dalam rongga pleura
|
.tujuan: pola nafas efektis setelah dilakukan perawatan
selama 24 jam
Criteria hasil: (NOC)
-
Irama dan keddalaman pernafasan normal
-
Sesak hilang
-
Analisis gas darah normal
-
Tidak menggunakan otot bantu nafas
Rencana tindakan (NIC)
1. Posisi tidur fowler
atau semi fowler
2. Oksigen sesuai advis
dokter
3. Kolaborasi (kp)
-
Aspirasi pleura
-
Analgesic
4.
Observasi ttv
5.
Analisa gas darah
|
S
O
A
P
|
S
O
A
P
|
S
O
AP
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang
sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan
masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon
pasien terhadap penyakitnya. Proses keperawatan digunakan untuk membantu
perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan
masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini perawat dapat
mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien sehingga
kualitas praktik keperawatan dapat meningkat.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam
asuhan keperawatan kepada klien, keluarga serta komunitas dan merupakan metode
yang efisien dalam membuat keputusan klinik serta pemecahan masalah baik actual
maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan.
Manfaat proses keperawatan antara lain
:
1. perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan dan membantu mengembangkannya melalui hubungan
professional.
2. memberikan
kepuasan bagi pasien dan perawat.
3. memberikan
kerangka kerja bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
4. membantu perawat
mawas diri dalam keahlian dan kemampuan merawat pasien.
Dalam proses keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut tidak
dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap dalam proses keperawatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian
b. Diagnosa
keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Untuk menghindari kesalahan terhadap tindakan yang dilakukan
oleh perawat kepada pasien maka dibutuhkan pendokumentasian terhadap proses
keperawatan tersebut yang juga berfungsi sebagai mekanisme pertanggung gugatan
bagi perawat terhadap semua tindakan yang telah ia lakukan.
Dokumentasi keperawatan itu sendiri merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan
perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pada bab berikutnya akan dibahas tentang pendokumentasien
proses keperawatan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dokumentasi
pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data yang mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat,
lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu, bagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktek
keperawatan dari ANA ( American Nursing Association).
Standar dokumentasi pengkajian bersifat sistematis,
komprehensif, akurat, terus menerus, dan berlanjut, sehingga di dapatkan
berbagai masalah pasien yang lengkap dari hasil pengkajian.
1.
Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan
dan respon pasien terhadap masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi
informasi yang didapat dari berbagai sumber tentang masalah kesehatan pasien
sehingga dapat dianalisis dan diidentifikasi.
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran
dalam mencapai/mendapatkan informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai
rujukan untuk ukuran dan perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam
karakteristik serta kondisi pasien dan respon yang akan mempengaruhi
perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada
kebenaran hasil observasii terhadap respon pasien
f. Untuk menyediakan dasar
pemikiran pada rencana keperawatan.
2.
Jenis dokumentasi pengkajian
a. Pengkajian awal (Initial
assesment) : dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.
b. Pengkajian kontinu (Ongoing assesment )
: merupakan perkembangan dasar. Informasi yang di peroleh dari pasien
selama pengkajian awal dan informasi tambahan.
c. Pengkajian ulang (Reassesment) : data
pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.
3.
Bentuk format dokumentasi pengkajian
Pada tahap pengkajian ini format yang digunakan hádala
sebagai berikut:
a. Tanya jawab
Tanya jawab merupakan salah satu bentuk format dokumentasi
yang dapat dicapai melalui berbagai cara.
b. Daftar periksa
Bentuk daftar periksa dapat berupa daftar yang telah
disediakan atau dibuat sedemikian rupa dengan tujuan mengumpulkan data yang
digunakan untuk kerangka organisasi.
c. Format kuesioner
Format ini paling banyak digunakan dilingkungan rawat jalan
untuk mendapatkan informasi tentang riwayat kesehatan.
4.
Metode dokumentasi pengkajian
Fokus dokumentasi pengkajian pada data klinik adalah perawat
dapat mengimplementasikan dan mengorganisasikan data. Bentuk dokumentasi dapat
berupa data dasar, lembar alur (flow sheet), dan catatan perkembangan, yang
semuanya termasuk tipe pengkajian informasi. Untuk mencapai catatan pengkajian
yang sesuai secara aktual maka perlu pertimbangan pedoman dalam pembuatan
catatan pengkajian antara lain :
a. Gunakan format yang terorganisasi untuk
mencatat pengkajian, seperti riwayat kesehatan awal pada saat masuk RS,
pengkajian pola persepsi kesehatan, riwayat medis, dan lain-lain
b. Gunakan format
yang telah ada
c. Format yang telah
mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan dari kepala keseluruh tubuh dapat
memperluas informasi
d. Catat informasi
tanpa bias dan nilai- nilai opini pribadi
e. Masukkan
pernyataan yang mendukung pasien.
f.
Jabarkan observasi dan hasil yang jelas
g. Ikuti kebijakan
dan prosedur yang telah ada untuk pencatatan pengkajian
B. Dokumentasi diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan
didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai “defenisi
karakter”. Yang dimana defenisi ini disebut “ tanda dan gejala”, tanda
adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan
oleh klinik.
1. Tujuan Diagnosa Keperawatan
Tujuan diagnosa keperawaran untuk mengidentifikasi :
a. Masalah dimana adanya respon klien
terhadap status kesehatan atau penyakit
b. Faktor- faktor yang menunjang atau
menyebabkan suatu masalah (etiologis)
c. Kumpulan klien untuk mencegah atau
menyelesaikan masalah.
2. Kategori diagnosa keperawatan
Untuk memudahkan dalam pendokumentasian proses keperawatan,
harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa
keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan
sindrom.
a. Diagnosa
keperawatan aktual
Diagnosa keperawatan aktual memiliki
empat komponen diantaranya :
ü Label yang merupakan deskripsi
tentang defenisi diagnosa dan batasan karakteristik
ü Defenisi merupakan penekanan
pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa
ü Batas karakteristik menentukan
karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif.
ü Faktor yang berhubungan
merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi
perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen
yaitu :
§ Patofisiologi ( biologis atau
psikologis)
§ Tindakan yang berhubungan
§ Situasional (lingkungan,
personal)
§ Maturasional.
b. Diagnosa
keperawatan resiko dan resiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan
resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang
sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan individu atau kelompok lain
pada situasi yang sama atau hampir sama.
Diagnosa keperawatan ini mengganti
istilah diagnosa keperawatan potensial dengan menggunakan ”resiko terhadap atau
resiko tinggi terhadap”. Validasi untuk menunjang diagnosa resiko tinggi adalah
faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap
klien atau kelompok dan tidak menggunakan batas karakteristik.
c. Diagnosa
keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan
memungkinkan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan
data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan
gejala utama adanya faktor resiko.
d. Diagnosa
keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan
sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok dan masyarakat
dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih
tinggi. Cara pembuatan diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif
dalam masing- masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang
disahkan.
e. Diagnosa
keperawatan sindrom
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan
sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa
keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
3. Metode dokumentasi
diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa
keperawatan digunakan pedoman dokmentasi yaitu :
a. Gunakan format PES
untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah resiko.
b. Catat diagnosa
keperawatan resiko dan resiko tinggi kedalam masalah atau format diagnosa
keperawatan.
c. Gunakan istilah
diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain.
d. Mulai pernyataan
diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi tentang data untuk
diagnosa keperawatan.
e. Masukkan
pernyataan diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah perawatan.
f.
Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi.
C. Dokumentasi perencanaan
Perencanaan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan,
menetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi
masalah pasien. Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut:
1. Konsolidasi
dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi.
2. Sebagai alat
dokumentasi antara perawat dan klien
3. Sebagai alat
komunikasi antara anggota tim kesehatan
4. Langkah dari
proses keperawatan ( pengkajia, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) yang
merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Proritas kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow :
a. Kebutuhan
fisiologi
b. Kebutuhan keamanan
dan keselamatan
c. Kebutuhan
mencintai dan dicintai
d. Kebutuhan harga
diri
e. Kebutuhan
aktualisasi diri
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai
untuk mengatasi diagnosa keperawatan. Secara umum, dokumentasi tujuan ditulis
dengan singkat, jelas, dapat dimengerti, spesifik, dapat diukur dan disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan.
Kriteria hasil merupakan standar
evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai.
Kriteria hasil mempunyai ciri- ciri
sebagai berikut:
a. Setiap kriteria
hasil berhubungan denga tujuan yang telah di tetapkan
b. Hasil yang
ditetapkan dalam kriteria hasil, memungkinkan untuk dicapai
c. Setiap kritetia
hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik
d. Kriteria harus
sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran
e. Kriteria cukup
besar atau dapat diukur. Hasilnya dapat dilihat dan didengar
f. Kriteria
menggunakan kata- kata positif bukan menggunakan kata negatif.
D. Dokumentasi intervensi
Dokumentasi intervensi merupakan
catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi
mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan
dari tindakan perawatan mandiri, dan tindakan kolaboratif.
1. Tipe intervensi
keperawatan
Menurut bleich dan fischbach, tipe
intervensi dibagi menjadi dua komponen yaitu:
a. Intervensi
perawatan teraupetik
Intervensi ini memberikan pengobatan
secara langsung pada masalah yang dialami pasien, mencegah komplikasi, dan
mempertahankan status kesehatan.
b. Intervensi
keperawatan surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang
survei data dengan melihat kembali data umum dan membuktikan kebenaran data.
2. Metode pencatatan
intervensi keperawatan
Beberapa pedoman yang dipakai dalam
pencatatan intervensi keperawatan:
a. Gunakan deskripsi
tindakan untuk menentukan apa yang telah dikerjakan
b. Identifikasi bahan
dan alat yang digunakan dalam bentuk yang tepat
c. Berikan keamanan,
kenyamanan, dan perhatikan faktor lingkungan pasien dalam memberikan intervensi
keperawatan
d. Catat waktu dan
orang yang bertanggung jawab dalam memberikan intervensi
e. Catat prosedur
yang tepat
f. Catat
semua informasi tentang pasien
E. Dokumentasi
evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data
yang tercatat yang menyatakan status kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi
yang menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada pasien.
1. Tipe Dokumentasi
Evaluasi
Terdapat dua tipe dokumentasi
evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada
saat memberikan intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif yang
merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu.
2. Metode catatan evaluasi
Untuk mencapai penulisan yang benar
dalam evaluasi, digunakan pedoman sebagai berikut :
Langganan:
Postingan (Atom)